Tak terasa anak IbuNda, Qisthi (6tahun) tahun ini harus masuk SD. Bingung milih sekolah yang mana ya yang baik untuknya dan sesuai dengan kondisi keuangan yang "secukupnya"? Ternyata walaupun pemerintah sudah menggratiskan biaya masuk SD Negeri tapi pada kenyataannya banyak sekolah-sekolah yang mengadakan "sumbangan pembangunan" yang jumlahnya tidak ditentukan secara tertulis tetapi seolah-olah ada standar tertentu yang membatasi jumlah minimal pemberian sumbangan. SD Negeri yang telah memiliki reputasi yang baik, otomatis menaikkan prestise sekolah tersebut dan juga para orangtua muridnya.
Misalnya ada sebuah sekolah dasar negeri yang memiliki reputasi sebagai sekolah terbaik di suatu wilayah, dengan reputasi ini maka banyak kalangan kelas atas yang menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Para pejabat Pemerintah, BUMN, dokter dan kalangan kelas atas lainnya. Sistem titip-titipan pun mulai berjalan dengan disertai uang sumbangan yang jumlahnya tidak sedikit, berkisar di atas 3 juta. Untuk ketentuan dasarnya bahwa biaya masuk SD itu gratis maka jumlah 3 juta itu bukan jumlah yang sedikit, dan pada akhirnya jumlah tersebut sudah menjadi standar untuk masuk sekolah tersebut. Lalu bagaimana dengan masyarakat kelas bawah yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik tersebut..hmmm..kayaknya mereka jadi mikir-mikir lagi, belum apa-apa masalah biaya sudah kalah saingan dengan para pejabat. Padahal pada hakekatnya sebagai sekolah dasar negeri, siapa pun, dari kalangan manapun berhak untuk bersekolah disana. Gaya hidup yang tercipta diantara orang tua muridnya pun mulai menunjukkan kelasnya, gaya hidup kalangan kelas atas. Memang tidak semua orang tua murid seperti itu, tetapi mereka yang tidak bisa mengikuti gaya hidup kelas atas sedikit "tersisihkan". Lantas kalo sudah seperti ini "memberikan pendidikan terbaik" menjadi bias oleh keinginan orang tua yang ingin menjaga prestisenya dengan menyekolahkan anaknya ke sekolah "orang kaya".
Ibunda jadi teringat dengan SD dimana Ibunda dulu bersekolah, sekolah di tengah-tengah sawah dengan guru-guru yang hebat, kepala sekolah yang tegas dan kompeten, guru-guru yang peduli dengan bakat dan minat siswanya sehingga mereka senantiasa mendukung pencapaian prestasi siswanya baik di dalam maupun di luar sekolah. Sekolah kecil di sebuah kota kecil Tasikmalaya, tapi dari sekolah itulah Ibunda memperoleh pendidikan dasar terbaik bagi diri Ibunda, disana Ibunda belajar berempati dengan sesama karena yang bersekolah disana tidak hanya orang kaya, tetapi teman-teman dari semua kalangan, bahkan seorang bintang kelas dari kelas satu sampai kelas 5 adalah anak seorang tukang becak, teman dekat Ibunda ayahnya adalah seorang penjual benang gelasan di pasar, tetapi di sisi lain ada juga anak-anak pejabat, semuanya menjadi teman-teman yang baik bagi Ibunda, ketika kami bermain dan belajar, latar belakang apapun yang kami miliki tidak menghalangi kami untuk berbaur, berbagi dan saling peduli. Dan ketika naik kelas 5 Ibunda harus pindah ke kota Bogor dan sekolah di SD di tengah kota dengan pergaulan yang berbeda alhamdulillah IbuNda sebagai anak pindahan dari "sekolah kampung" mampu mengalahkan anak-anak kota dan menjadi bintang kelas, dan mampu bersaing untuk masuk sekolah-sekolah terbaik pada tingkat SMP dan SMA di Bogor. Masih ada ga ya sekolah seperti "sekolah kampung" Ibunda? Sekolah sederhana tapi memiliki guru-guru dengan idealisme memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak didiknya?
Keinginan Ibunda pun sebenarnya anak-anak Ibunda juga kelak bisa mengalami apa yang Ibunda alami, mereka tidak harus bersekolah di sekolah elit agar mereka juga memahami bahwa di dunia ini tidak melulu orang kaya, ada teman-teman mereka yang kurang beruntung, hidup dalam kesulitan. Tetapi kadang-kadang waktu Ibunda sedang survey sekolah ada beberapa teman yang bilang "jangan sekolah disitu, itu mah sekolah anak-anak kampung!!"...lantas sekolah "kota" itu seperti apa?apakah sekolah kampung ga bisa menghasilkan anak-anak berprestasi atau anak-anak dengan social skill yang baik? Masih bingung nih Ibunda...Ibunda harus jeli melihat kondisi nih, inginnya sih sekolah yang didukung oleh guru-guru dengan idealisme mendidik siswanya menjadi orang-orang yang berguna baik untuk dirinya maupun masyarakat, bukan sekolah yang sudah berubah wujud menjadi sebuah kapitalisasi pendidikan, bukan sekolah yang membeda-bedakan antara orang miskin dan orang kaya....waaah banyak syaratnya yaa!! Tetapi pada hakekatnya pendidikan terbaik tetap adanya di rumah, jadi sekolah dimana pun Ibunda&suami tetap harus menjadi guru yang terbaik bagi anak-anak. Sekolah dimana pun Ibunda tetap harus berperan besar mendidik mereka menjadi insan yang berakhlak mulia, bermanfaat bagi sesama....semoga Allah memberikan pertolongannya bagi Ibunda menjalankan tugas sebagai pendidik terbaik...amiin
0 komentar:
Post a Comment