Menu Utama

Thursday, March 17, 2011

Malaikat-malaikat Kecil itu Amanah Allah

Anak...amanah Allah yang kelak akan kita pertangungjawabkan dihadapanNya
Banyak yang mengharapkan kehadirannya..sampai menghabiskan biaya berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus juta untuk mendapatkannya, menghabiskan waktu, tenaga dan kekayaan yang tidak sedikit demi hadirnya sang buah hati untuk menjadi sandaran hidup di masa depan...
Tapi di sisi lain tidak sedikit bayi-bayi yang lahir di dunia ini tidak dikehendaki kehadirannya, bukan cuma bayi bahkan masih berupa janin pun sudah digugurkan dengan berbagai alasan, ada yang karena dianggapnya janin tersebut adalah aib hasil dari hubungan yang terlarang, ada pula karena faktor ekonomi, takut tidak bisa membiayai. Apapun alasannya semua itu bermuara pada satu masalah, yaitu kufur nikmat. miris rasanya melihat bayi-bayi yang dibuang bahkan dibunuh dengan alasan-alasan tersebut, makhluk Allah yang masih lemah tak berdaya itu, suci, masih bersih dari dosa-dosa..disia-siakan begitu saja, tak sadarkah orang tuanya bahwa itu adalah karunia, anugrah dan nikmat yang Allah berikan untuk mereka?Begitu banyak yang menginginkan apa yang mereka miliki sampai menghabiskan biaya yang tidak sedikit..tapi mereka malah membuangnya begitu saja...astagfirullahal adziim
Lalu bagaimana dengan kita yang telah diamanahi anak-anak?apa yang kita lakukan untuk menjalankan amanah tersebut?Dalam Al Qur'an dapat kita temukan beberapa hakikat seorang anak bagi orangtuanya diantaranya sebagai berikut :
1. Anak sebagai Cobaan
Kita sebagai orangtua tentu harus selalu bercita-cita dan berikhtiar agar anak-anak kita bisa menjadi shaleh. Namun, kita pun harus siap mental karena boleh jadi anak juga merupakan batu ujian. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ


“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Q.S. Al-Anfaal [8]: 28).

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.S. At-Taghaabuun [64]:14-15)

Jika kita mendapat anak yang menjadi cobaan bagi hidup kita, Allah SWT memberikan petunjukNya bahwa kita sebaiknya bersikap hati-hati, tidak bersikap kasar terhadap mereka, tetap memaafkan semua kesalahan mereka dan mengampuni mereka. dan sebagai orangtua tentunya tak boleh putus-putusnya kita mendoakan mereka agar mereka diberikan jalan untuk menjadi orang yang baik akhlaknya dan senantiasa patuh terhadap orangtua dan perintah Allah SWT. 

 2. Anak sebagai Perhiasan
Hakikat anak sebagai perhiasan dunia ini terdapat dalam Al Qur'an Surat Al Kahfi ayat 46 yang artinya :

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."

Harta dan anak merupakan perhiasan ibu dan bapak dalam kehidupannya di dunia ini. Perhiasan pada hakikatnya sesuatu yang terlihat menarik, memberi kesenangan dan berharga amahal. Dalam hakikat anak sebagai perhiasan adalah bisa jadi anak itu terlihat baik, bagus, berprestasi di mata orang-orang tapi bagaimana dengan akhlaknya? Untuk itu tugas kita sebagai orang tua yang diamanahi anak oleh Allah SWT untuk menjadikan perhiasan itu baik tidak hanya terlihat bagus di mata orang tapi juga memiliki perilaku dan akhlak yang baik di mata Allah. dengan kaata lain kita harus berusaha semaksimal mungkin, mendidik akhlak mereka agar mereka tidak hanya menjadi perhiasan kita di dunia tetapi juga menjadi perhiasan juga di akhirat kelak. 

3. Anak sebagai Penyejuk Mata/hati (qurata'ayun)
Diantara dua hakikat anak yang telah dibahas sebelumnya, hakikat anak yang sebenarnya teramat didambakan oleh semua orang tua adalah anak kita menjadi penghibur dan pemberi kesejukan di mata  dan hati orang tuanya. Sebagaimana  disebutkan dalam Al Qur'an bahwa semua orangtua berharap demikian yaitu tersurat dalam Surat Al-Furqaan ayat 74 yang artinya :

"Dan orang-orang  yang berkata : 'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanalah kami imam bagi golongan orang-orang yang bertakwa."

Dalam hal ini anak kita mungkin tidak seperti perhiasan dunia yang bagus di mata orang saja, tidak berprestasi yang maksimal tetapi anak kita senantiasa memberikan kesejukkan di hati dan mata kita terutama di mata Allah SWT dengan akhlaknya yang luhur, pribadinya yang shalih/shalihah dan santun terhadap orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Jika kita mendapatkan anak yang telah menyejukkan hati kita selanjutnya kita pasti berharap anak kita tersebut akan menjadi contoh yang baik bagi orang-orang di sekitarnya dan mengangkat martabatnya di tengah masyarakat. Fitrah tersebut tersurat dalam Surat AL Furqaan ayat 75-76 sebagai berikut:

"Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman."
jadi, pada dasarnya Allah SWT tidak pernah membebani seseorang dengan hadirnya seorang anak, bahwa setuiap anak lahir ke dunia ini atas kehendakNya. Allah SWT memberikan amanahNya terhadap kita tentunya disertai dengan rezekinya. Maka amat sangat disayangkan jika seseorang yang telah diamanahi seorang anak kemudian menelantarkan dan menyia-nyiakannya padahal Allah SWT telah menyediakan pahala yang besar jika kita memelihara, menjaga dan mendidiknya dengan baik. Bahkan jika seorang anak menjadi cobaan bagi orangtuanya pun Allah SWT tetap memberikan janjinya yaitu disediakan pahala yang besar di sisiNya bagi orangtua yang bersabar menghadapi dan menjaga amanahNya. Wallahu alam... Jadi mengapa masih ada malaikat-malaikat kecil yang tersia-sia jika dari mereka kita akan memperoleh pahala yang besar yaitu surga sebaik-baik tempat menetap kelak....



Dari berbagai sumber : 
1. Drs. M. Thalib, 1995, 40 Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Anak, IBS : Bandung




2. http://www.percikaniman.org


Related Post:

0 komentar:

Post a Comment